Rabu, 05 Oktober 2011

Tagged Under:

“Sang Murobbiyah” Utz. Yoyoh Yusroh (1962 – 2011)

Share
Kesaksian perjuangan panjang “Sang Murobbiyah” Ustadzah Yoyoh Yusroh (1962 – 2011)
..................
Lalu tibalah perwakilan dari pihak keluarga mengucapkan terima kasih dan permintaan maaf atas nama almarhumah dan keluarga.

Kesaksian Ustadz Hilmi pada Takziyah (alm) Ustz. Yoyoh Yusroh


Innalillahi wa inna ilaihi roji’un tsumma innalillahi wa inna ilaihi roji’un tsumma innalillahi wa inna ilaihi roji’un.


Hadirin dan hadirat yang dimuliakan Allah SWT,
Selain mewakili keluarga besar Almarhumah, saya disini mewakili keluarga besar Partai Keadilan Sejahtera yang pada hari ini merasa kehilangan kader terbaiknya, kader yang merintis dari awal pertumbuhan jamaah dakwah ini dan gerakan dakwah ini. Dari awal tahun 1980 beliau sudah bergabung dengan aktivitas dakwah ini, bergabung dengan penuh semangat wala wal intima’, semangat loyalitas dan komitmen. Bergabung dalam gerakan dakwah ini dengan semangat thoat wa tadhhiyyah. Seluruh hidupnya diwakafkan, diserahkan pada dakwah ini. Seluruh perjalanan hidupnya telah bergabung dengan dakwah ini, secara totalitas diberikan untuk dakwah ini. Dalam hal ini kita merasa kehilangan.
Sesungguhnya yang merasa kehilangan bukan hanya jamaah dakwah Partai Keadilan Sejahtera, bukan hanya bangsa Indonesia, tetapi saya sendiri sejak pagi menerima takziyah dari segenap penjuru dunia, dari negara-negara ASEAN, dari negara-negara Timur Tengah menyampaikan takziyah ini. Karena sekali lagi yang kehilangan bukan hanya Partai Keadilan Sejahtera, bukan hanya bumi pertiwi, tapi ikut kehilangan juga Masjidil Aqsha dan Bitul Maqdis-nya, seluruh mujahidin dan mujahidah di Palestina sudah menyampaikan takziyahnya dan merasa kehilangan. Bukan hanya bumi Indonesia yang kehilangan Almarhumah bahkan bumi dimana terletak Masjidil Aqsho-pun merasa kehilangan, bumi para mujahidin dan mujahidah yang sampai saat ini sedang dikepung oleh tentara zionisme Israel  turut juga kehilangan. Karena Almarhumah selain mewakili jamaah dakwah Partai Keadilan Sejahtera sebagai anggota DPR, juga mewakili bangsa Indonesia hadir di tengah-tengah pejuang mujahidin di Gaza, sehingga mereka pun ikut merasa kehilangan.
Bahkan, baru saja kita juga menerima takziyah dari kesatuan-kesatuan militer dari kepolisian Indonesia yang sedang bertugas melaksanakan perdamaian di Darfur, Sudan. Semua ini adalah bentuk respon atas kehilangan seorang daiyah, seorang mujahidah dakwah yang telah memperlihatkan dedikasinya untuk apa yang diyakini, apa yang dicita-citakan dan apa yang ia perjuangkan.

Hadirin dan hadirat yang dimuliakan oleh Allah SWT,
Sekilas bagaimana dakwah ini bertemu dengan beliau, pada akhir tahun -sekitar pertengahan 1980- beliau sebagai mahasiswi di IAIN Ciputat, waktu itu masih mahasiswi di sana, ternyata beliau bukan hanya pendengar ceramah yang baik tapi langsung menginginkan adanya komitmen dengan nilai-nilai yang diceramahkan. Dan sejak saat itulah beliau tidak pernah lepas dengan dakwah ini dengan segala pengorbanannya. Bahkan ketika rezim Orde Brau memenjarakan saya selama dua tahun beliau terus melakukan langkah-langkah dakwah dan ketika saya keluar ari penjara beliau segera menemui saya lagi dan bergabung lagi, tanpa malu dengan eks-tahanan politik. Terus Bergabung.
Bahkan ada titik-titik sejarah yang mugkin pada generasi sekarang sulit mengaplikasikannya. Ketika masuk saatnya beliau harus menikah beliau datang kepada saya dan mengatakan, “ Ustadz, saya diminta orang tua untuk segera menikah”, Saya katakan, “ InsyaAllah saya do’akan semoga dimudahkan”, “Tapi calonnya mnta dicarikan ustadz, saya ingin sesama aktivis dakwah.” “Ada pilihan?”, “ Tidak ada pilihan. Pilihan jamaah dan pilihan Allah itulah yang akan menjadi pilihan saya.”
Dan segeralah saya mencari-cari siapa yang sudah jadi, sudah tentu pada saat itu masih mahasiswa dan mahasiswi yang iklimnya sulit untuk siap nikah saat itu. Dalam kesulitan mencari itu akhirnya kita menggunakan logika qum ya, hudzaifah!. Lalu yang menyambut panggilan qum ya, Hudzaifah sampai sekarang yaitu akhunal fadhil Budi Dharmawan. Yang ketika saya minta segera mengasih tahu orang tua beliau di Bandung, bahkan belum tahu nama lengkapnya. Ketika ditanya oleh orang tuanya , “Budi siapa nam calon istrimu?” “Yoyoh.”, “Yoyoh apa?”, “Belum tahu.” Tapi orang tua Budi Dharmawan ini seorang yang sholeh dan shalihah sehingga segera menemui saya dan merestuinya dan kemudian sayalah yang melamar beliau kepada K.H. Abdussomad almarhum, yang kemudian beberapa hari kemudian menyelenggarakan pernikahannya. Seluruhnya,bahkan proses ini sepertinya almarhumah dan akh udi Dharmawan belum pernah bertemu sebelumnya. Inilah sikap generasi pertama yang memegang komitmen dengan dakwah ini.
Begitu juga dengan perjuangan-perjuangan, baik sebelum era reformasi dengan segala ketekunannya ekspansi dakwah hampir ke seluruh penjuru Indonesia dan sesudah era reformasi dan kita bersama komponen bangsa lain membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ini menuju yang lebih baik. Almarhumah dengan sangat tekun menjadi legislator dua periode di DPR. Tiga periode di DPR yang mana periode ke tiganya ini belum selesai. Jadi selama tiga periode ini secara terus menerus beliau berjuang dan mendedikasikannya.
Bahkan ketika di komisi I, luar biasa perkembangan kiprahnya merambah seluruh dunia yang memerlukan kontribusi Indonesia baik dalam Pembebasan Plestina, Perdamaian Sudan atau di Lebanon atau di Istanbul hampir tugas-tugas Internasional beliau laksanakan.
Ini sudah barang tentu menjadi suri tauladan bagi kita semua, dan beliau tidak pernah selama menjalankan tugas ini mengeluh biaya dan menanyakan dari mana biayanya? Siapa yang megurusnya? Tidak!. Seluruhnya dikelola dan dimenej dengan kemampuan semangat ruhul badzu wa tadlhiyah. Keteladanan inilah yang harus kita ikuti.
Sudah barang tentu beliau tadi jam 03.30 WIB dipanggil oleh Allah SWT untuk insya Allah menikmati pahala dari kerja keras, dari pengorbanan, dari jerih payah dan perjuangan beliau. Mudah-mudahan insya Allah kita diberi kesempatan oleh AllahSWT untuk bergabung dengan beliau di Jannatil Firdausi a’la. Amin.



Tadi saya bacakan ayat minal mukminina rijalun shodaqu ma’ahadullaha alaihi, fa minhum man qadla nahbahu wa minhum man yantazhir dan Almarhumah termasuk yang man qadla nahbahu, telah menunaikan tugasnya dan menghadap kepada Allah SWT, dan kita termasuk waminhum man yantazhir. Mudah-mudahan kita diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk tetap meneruskan semangat seperti yang dicontohkan oleh Almarhumah yaitu semangat wa maa baddalu tabdilla, tidak pernah mau meu mengubah keyakinan, keimanan, dan aqidahnya tidak pernah mau mengubah idealisme sikapnya, tidak mau merubah minhaj langkah-langkah perjuangannya dan tidak mau mengubah ghoyah (tujuan) perjuangannya, wa maa baddalu tabdilla, itulah yang diwariskan oleh almarhumah kepada kita. Mudah-mudahan Allah SWT pertama-tama menempatkan Almarhumah fi maq’adi shidqin ‘inda malikin muqtadir (54:55) dan mudah-mudahan juga memberikan kita kekuatan dan semangat wa maa baddalu tabdilla, istiqomah terus lurus dalam memperjuangkan nilai-nilai yang diajarkan Allah dan RasulNya.

Hadirin dan hadirat yang dimuliakan Allah SWT,
Dari kisah perjalanan beliau ini membuktikan bahwa kesibukan perjuangan tidak membuat lalai mengurus rumah tangga, begitu juga kesibukan mengurus rumah tangga tidak membuat lalai melaksanakan tugas-tuhas perjuangan. Ini contoh yang mempertemukan tugas-tugas rumah tangga dengan tugas-tugas perjuangan disatupadukan dalam jiwa hidup perjuangan dan pengorbanan yang penuh telah diberikan oleh Almarhumah Ustadzah Yoyoh Yusroh. 

Insya Allah, aqulu qouli hadza, astaghfirullaha li wa lakum.
Assalamu’alaykum wr. Wb.
.............................................................................
Maka, ingin dikenang seperti apakah kita di hari-hari setelah nyawa terpisah dari raga kelak...?
Maka, seberapa banyak umat manusia yang kita harapkan akan merasa sangat kehilangan kita ketika kita harus meninggalkan dunia...?
Maka, sejauh apa kah kaki kita langkahkan untuk dakwah dan kebaikan hingga detik ini...?
Maka, ketika memang sudah puluhan kaki kita langkahkan di jalan dakawah, sudahkah langkah-langkah itu membawa barokah...?
Kum ya, Qowyyulazmi...!!!

0 komentar:

Posting Komentar

Need an Invite?

Want to attend the wedding event? Be our guest, give us a message.

Nama Email * Pesan *