Rabu, 03 Agustus 2011

Tagged Under:

2 Syarat Puasa!

Share

Seperti janji saya kemarin untuk ngepost tausyah tarawih, ini akan saya ceritakan ulang apa yang disampaikan oleh Ustadz. Hanifullah Sukri di masjid Fatimah tadi malam..



IMAN wa IHTISABAN, syarat MUTLAK PUASA!
Oleh Ust.Hanifullah Sukri_2 Ramadhan @ Masjid Raya Fatimah.

Rasulullah SAW bersabda:
Barangsiapa yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan Imanan dan Ihtisaban maka akan di ampuni oleh Allah dosa-dosanya yang telah lalu.”

Imanan dalam menjalankan ibadah puasa yang dimaksud di atas adalah sebuah keyakinan seorang hamba dalam menjalankan ibadah puasa, yaitu keyakinan bahwa perintah puasa ini adalah sebuah perintah dari Allah SWT sehingga dalam menjalankannya tidak ada keragu-raguan dan didasari niatan yang lurus untuk Allah dan karena Allah SAJA! Bukan yang lainnya. Cukuplah Allah yang melihat setiap amalan kita, cukuplah ridho Allah yang kita harapkan di setiap amalan-amalan kita.

Ihtisaban, secara bahasa berarti “hitung-hitung”, kata ihtisaban berasal dari “hasiba, yaksibu” yang artinya menghitung. Yang dimaksud di sini adalah mengevaluasi, muhasabah diri, dan berhati-hati, artinya dalam melalui hari demi hari di bulan yang penuh dengan keutamaan ini, kita dianjurkan untuk senantiasa mengevaluasi diri, muhasabah dan senantiasa berhati-hati, jangan sampai 30 hari ini berlalu begitu saja. Mari setiap hari kita mengevaluasi diri tentang hal-hal buruk apa saja yang sudah dilakukan pada hari ini, kekurangan-kekurangan di hari ini, hendaknya kita tidak ulangi di hari berikutnya, sehingga setelah 30 hari kita menempa diri maka akan lahirlah pribadi yang jauh lebih baik di awal syawal nanti. Allahuma amin.

Setelah kita memahami dua syarat mutlak tersebut, maka dihasilkan 4 macam tipe manusia yang telah melalui bulan ramadhnannya, mau menjadi manusia yang manakah diri kita...?, silahkan dipilih empat pilihan dibawah ini:
1.     Puasa dengan Imanan wa Ihtisaban
Maka apa yang Allah SWT janjikan akan diperolehnya, yaitu ampunan atas dosa-dosanya yang telah lalu.
2.     Puasa dengan imanan tanpa ihtisaban
Maka puasanya tidak batal artinya tetap sah ibadah puasanya, namun ia tidak mendapatkan ampunan dari Allah SWT atas dosa-dosanya yang telah lalu.
3.     Puasa tanpa imanan namun hanya ihtisaban
Hal ini sama dengan kita menggarami lautan, yaitu melakukan ibadah yang sia-sia karena seseorang hanya akan merasakan lapar dan dahaga dan Allah SWT juga tidak akan menerima ibadahnya. Maka berhati-hatilah jika puasa kita hanya dilakukan karena malu dengan tetangga, malu dengan adik kita yang masih SD tapi sudah puasa sehari penuh, malu dengan istri atau suami kita, Naudzubillah!.
4.     Puasa tanpa imanan dan ihtisaban
Bukan hanya sia-sia, namun merugilah orang yang berpuasa tanpa dua syarat diatas.
Sedikit memang, namun apalah artinya sesuatu yang banyak jika tidak bisa kita amlkan. Sebuah tausyah singkat untuk mengingatkan diri saya sendiri dan kita semua, semoga yang sedikit ini bermanfaat, dan Allah memberikan kita kekuatan untuk mengamalkan kebaikan. Amin.

4 komentar:

  1. bagus sekali sesuai dg makna lafdziyyahnya tambahan dari saya,ihtisaban juga berarti bahwa puasa yang kita lakukan harus dengan penuh perhitungan jangan salah perhitungan baik dalam hal waktu maupun tenaga(harus efektif dan efisien)

    BalasHapus
  2. namun di dalam kaitannya dengan aktivitas badani (bekerja,tidur,makan dll),ihtisaban bisa berarti kira kira /sekedarnya (dlm bah jawa, duga kira )agar puasanya dan amalan amalan
    lainnya tidak terganggu dan bisa istqomah sampai ahir bulan

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. sementara itu di dalam kaitannya dengan amalan amalan romadon seperti tadarus,sholat tarwih,sodaqoh ,sholat tahajjud dll,maka lafal ihtisaban bisa berarti melaksanakannya dengan jumlah hitungan yang lebih banyak dari pada di luar bulan romadon.dan yang terahir, lafal ihtisaban dalam hadits ini mungkin lafal yang oleh sebagian sahabat kita dijadikan dasar di dalam menentukan tanggal 1 romadon dengan cara "hisab" bukan dengan cara "ru'yat".karena memang lafal "ihtisab" itu musytaq/berasal dari lafal "hisab".'afwan minkum ' an jami'i khotoyaya

    BalasHapus

Need an Invite?

Want to attend the wedding event? Be our guest, give us a message.

Nama Email * Pesan *